Populasi
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat.
Berikut ini adalah contoh suatu populasi:
• Populasi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad)
• Populasi Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta)
• Populasi Mahasiswa Agroteknologi, Faperta, Unpad
• Populasi Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad
• Populasi Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
Apabila kita perhatikan contoh populasi di atas, pengertian populasi di sana bersifat relatif, pendefinisiannya tergantung dari si Peneliti, apakah dia ingin mengetahui Populasi Mahasiswa Unpad secara keseluruhan ataukah hanya tertarik pada populasi mahasiswa Agroteknologi angkatan 2009 saja.
Kita harus hati-hati dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi harus didefinisikan dengan jelas dan tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui rata-rata nilai IPK mahasiswa Unpad. Berarti parameter/sifat/ciri yang ingin diketahui adalah rata-rata nilai IPK mahasiswa dan obyek yang ditelitinya adalah Mahasiswa Unpad. Jika kita merumuskan populasi seperti ini, rumusannya sudah jelas tapi belum tepat. Jelas maksudnya: (1) parameter yang ingin diteliti sudah jelas, yaitu Nilai IPK mahasiswa Unpad dan bukan parameter lain, seperti tinggi, nilai IQ dan sebagainya (2) populasinya hanya mahasiswa Unpad bukan nilai IPK mahasiswa dari universitas lain. Belum tepat maksudnya, apabila kita berbicara tentang mahasiswa Unpad cakupannya cukup luas. Apakah kita akan mendata nilai IPK semua mahasiswa Unpad dari semua angkatan, baik yang masih aktif, non aktif, meninggal, DO, maupun yang sudah lulus?
Dengan demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya akan diperoleh dari hasil penarikan contoh (sampel) hanya berlaku untuk populasi yang dimaksud, bukan untuk populasi yang berada diluar batasan ruang lingkup yang diberikan.
Perhatikan pendefinisian populasi berikut:
“Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta Unpad, yang masih aktif”
Pendefinisian populasi seperti ini sudah jelas batas ruang lingkupnya, sehingga kesimpulan apapun yang diberikan terhadap suatu sampel yang diambil dari populasi tersebut hanya berlaku untuk populasi yang dibatasi oleh Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad, yang masih aktif kuliah dan tidak berlaku untuk mahasiswa lainnya yang berada diluar ruang lingkup tersebut. Jadi hanya menggambarkan keadaan rata-rata nilai IPK mahasiswa pada ruang lingkup tersebut.
Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan ukurannya. Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi Homogen, dan Populasi heterogen. Berdasarkan ukurannya, populasi juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi terhingga, dan Populasi tak terhingga.
Populasi berdasarkan keadaannya:
Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.
Populasi berdasarkan ukurannya:
Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
• Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
• Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
• Panjang ikan di sebuah danau
Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
• Air di lautan
• Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
• Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
• Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya populasi terhingga dianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya.
Sampel
Dalam statistik inferensial, kita ingin mengetahui gambaran karakteristik tertentu dari suatu populasi, namun terkadang hal tersebut terkadang tidak mungkin dan tidak praktis untuk mengamati seluruh obyek/individu yang menyusun suatu populasi. Pedagang eceran beras hanya meneliti segenggam beras untuk menentukan kualitas sekarang beras. Pedagang emas hanya meneliti bekas gosokan dari perhiasan tersebut untuk menentukan kualitas emas perhiasan tersebut. Peneliti lingkungan hanya meneliti beberapa milliliter air untuk menentukan kualitas air pada suatu sungai atau danau. Pertanyaannya, mengapa tidak meneliti secara keseluruhan, bukankah hasilnya akan lebih baik dan lebih tepat?
Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan baik dari segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan sesuai dengan permasalah yang diteliti ditempuh dengan mengambil sebagian dari populasi, dengan mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari peneliti. Bagian dari populasi tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi dinamakan contoh (sampel).
Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.
Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi. Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.
Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel:
• Biaya lebih rendah,
• Pengumpulan data lebih cepat, dan
• Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil .
Jenis-Jenis sampel
Dalam proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang berperan yaitu:
• Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan
• Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.
Pada proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor pengacakan didalamnya termasuk unsur-unsur peluang, sedangkan peran dari orang pemilih sampel dapat bersifat obyektif dan dapat pula bersifat subyektif.
Yang dimaksud dengan sikap obyektif dalam memilih sampel adalah suatu cara pemilihan sampel yang menggunakan metode tertentu yang jelas, sehingga penarikan sampel tersebut bila dilakukan oleh orang lain akan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dari penarikan sampel sebelumnya, dalam menduga sifat atau ciri populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel dengan menggunakan metode tertentu dan jelas, akan diperoleh sampel yang konsisten, artinya bila pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang terhadap populasi yang sama hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap menggambarkan sifat atau ciri dari populasinya, walaupun hasilnya tidak persis sama antara yang satu dengan yang lainnya.
Sifat subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan sampel dengan melibatkan pertimbangan pribadi dari pengambil sampel untuk mengambil sampel yang baik menurut versinya sendiri (versi peneliti). Dengan demikian sampel yang diperoleh merupakan sampel yang berbias, apalagi orang yang memilih cotnoh sampel mempunyai latar belakang yang kurang terhadap konsep statistika khususnya konsep tentang teori penarikan sampel.
Sumber Referensi:
• Sumber Utama search.forkus.com
• Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media Group. Jakarta.
• http://en.wikipedia.org/wiki/Sampling_(statistics)
• Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Minggu, 16 Mei 2010
BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan
2.1.1 Pengertian dan Pentingnya Perencanaan
Dalam proses atau fungsi manajemen dikenal perencanaan. Fungsi ini sangat penting sebagai langkah awal setiap pelaksanaan kegiatan yang baik.
Rencana merupakan garisan tentang kegiatan yang dilakukan di masa yang akan
datang. Rencana dirumuskan untuk menggambarkan apa yang ingin dicapai dan
bagaimana mencapai tujuan tersebut. Banyak orang mengabaikan rencana dan
selalu hanya dibuat di kepala tanpa sistematis yang jelas. Padahal dalam proses
manajemen rencana merupakan kegiatan awal yang mutlak ada agar kita dapat
melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu: fungsi pengorganisasian, fungsi staffing, fungsi pengarahan, fungsi pengawasan (Sofyan, 2001). Fungsi-fungsi ini tidak akan bisa efektif tanpa ada rumusan rencana. Sofyan Safri mengemukakan bagi manajer keuangan disamping harus tahu rencana perusahaan dan ikut terlibat dalam meyusun anggaran perusahaan bahkan mungkin sebagai ketua tim, harus dapat memanfaatkan rencana perusahaan untuk menerjemahkan kegiatan bagiannya untuk membantu merealisir rencana global perusahaan. Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Pengendalian melihat ke belakang yaitu melihat apa yang telah dihasilkan dan membandingkannya dengan rencana yang telah disusun. Perbandingan ini kemudian digunakan untuk meyesuaikan anggaran sesuai dengan tujuan masa mendatang yang diinginkan.
Rencana tahunan perusahaan harus disusun setiap tahun. Rencana bisa
yang bersifat jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek. Beberapa
kegunaan rencana ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Agar setiap orang mengetahui arah yang akan dicapainya
2. Sebagai pedoman (stewardship, guidance) dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan dicapai.
3. Sebagai alat penting dalam pelaksanaan pengawasan. Jika ada rencana, kita akan dapat membandingkan rencana dengan kenyataan yang akan dicapaisehingga kita tetap aware terhadap sasaran yang belum dicapai dan penyimpangan yang terjadi sehingga tindakan koreksi dapat dilakukan lebih cepat.
4. Sebagai alat menerjemahkan filosofi dan tujuan utama perusahaan atau lembaga.
5. Sebagai media untuk menilai prestasi (standart of performance) perusahaan dan orang-orangnya baik dalam merumuskan tujuan maupun dalam mencapainya.
6. Dapat meningkatkan partisipasi karyawan.
7. Kita lebih aware terhadap prestasi yang baik.
2.1.2. Prediksi Laba
Salah satu manfaat laba adalah untuk memprediksi laba perusahaan tahun yang akan datang (SFAC No. 1, 2002). Laba dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang akan tetapi prediksi mengenai laba yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan.
Bagi para investor informasi laba dapat digunakan sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi deviden di masa yang akan datang yang merupakan faktor penting untuk menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas keseluruhan perusahaan, sedangkan bagi pemegang obligasi dan kreditor informasi laba dapat digunakan untuk menilai tingkat pengembalian tahunan dan menerima pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut telah jatuh tempo.
Prediksi laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Penilaian terhadap kemampuan manajemen dan tersedianya informasi yang memadai merupakan faktor penting dalam membuat prediksi laba untuk masa yang akan datang.
Laba dapat diprediksi dengan menggunakan alat analisis trend, Break Even Point (BEP) dan analisis regresi. Prediksi laba dengan menggunakan trend dapat dilakukan dengan membandingkan antar rekening atau kelompok rekening yang merupakan unsur – unsur pembentuk laba perusahaan dalam suatu laporan keuangan dengan laporan keuangan untuk periode-periode tahun buku yang berbeda sehingga menghasilkan hubungan dari tiap-tiap rekening yang tergabung di dalam unsur tersebut, Analisa dengan trend akan dapat menunjukkan laba tersebut mempunyai kecenderungan menurun, meningkat atau tetap serta dapat menunjukkan apakah kecenderungan itu menguntungkan atau tidak, sedangkan prediksi laba dengan menggunakan Break Even Point (BEP) dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku biaya yang sudah digolongkan berdasar fungsi-fungsi pokok perusahaan dalam kaitannya dengan perubahan volume dan hasil penjualan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan (Harnanto, 1984). Alat analisis terakhir yang dapat digunakan dalam memprediksi perubahan laba yang akan datang yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi dalam pengertian modern adalah study bagaimana variabel dependen dipengaruhi oleh satu atau lebih dari variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Agus Widarjono, 2005). Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai alat analisis untuk memprediksi perubahan laba karena dalam analisis regresi dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang menunjukkan hubungan satu arah yaitu pengaruh variabel rasio keuangan terhadap variabel perubahan laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, gross profit margin, operating profit margin, return on equity, inventory turn over, total asset turn over, net income to sales dan sales to current liabilities Rasio keuangan dijadikan variabel independen dalam memprediksi perubahan laba karena rasio keuangan mempunyai sifat “future oriented”sehingga dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang, sedangkan perubahan laba dijadikan variabel dependennya karena tujuan setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya adalah untuk memperoleh laba, begitu pula tujuan para investor yang melakukan investasi pada suatu perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dengan alas an tersebut maka laba layak untuk diprediksikan.
2.2.1 Rasio Keuangan
Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
2.2.2 Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan
1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri.
2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan (trend) dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.
2.2.3 Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba
Untuk dapat menginterpretasikan informasi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya dikembangkan seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik yang popular diaplikasikan dalam praktek bisnis khususnya dalam memprediksi laba adalah analisis rasio keuangan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada, untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan (Helfert, 1991). Menurut Suad Husnan (1997) untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu yang mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laporan laba rugi.Selain bersifat future oriented rasio-rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau kondisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 2000), dengan mengetahui informasi tersebut kita dapat mengetahui tingkat laba yang dicapai perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan bukan hanya dapat menentukan tingkat keutungan yang diperoleh tapi juga dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan keefektifan operasi perusahaan.
2.2.1 Prediksi Perubahan Laba dengan Current Ratio
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi. Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang jika hasil penjualan, laba dan perubahan kondisi operasi perusahaan diperhitungkan dalam rasio ini. Selain itu current ratio dapat memberikan informasi tentang margin of safety terhadap kemungkinan penurunan nilai aktiva lancar dan kerugian yang timbul dari peristiwa-peristiwa yang tidak terduga dan berakibat terjadinya pengeluaran kas atau terhentinya arus dana yang masuk ke dalam perusahaan (Harnanto, 1984). Informasi ini dapat mempengaruhi kepercayaan para kreditur jangka pendek dalam memberikan pinjamannya kepada perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya untuk menghasilkan laba.
Pengaruh current ratio terhadap perubahan laba adalah semakin tinggi nilai current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit, karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Nilai current ratio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya.
2.2.2 Prediksi Perubahan Laba dengan Gross Profit Margin (GPM)
Rasio Gross Profit Margin dapat digunakan untuk mengukur efisiensi produksi, penentuan harga jual dan keuntungan yang diperoleh setelah produk tersebut dijual (Munawir, 2000). Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Perubahan harga jual atau harga pokok dapat mempengaruhi laba perusahaan yang diperoleh. Dalam keadaan kondisi normal gross profit margin harus bernilai positif karena menunjukkan perusahaan tersebut dapat menjual produknya di atas harga pokoknya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pengaruh gross profit margin terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal tersebut menandakan bahwa laba kotor yang dihasilkan dapat menutup biaya yang bervariasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan.
2.2.3 Prediksi Perubahan Laba dengan Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang rendah akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan. Operating ratio yang tinggi menunjukkan tingkat dan struktur biaya yang tinggi sehingga mengakibatkan laba usaha tidak cukup untuk menutup biaya tersebut. Operating ratio dapat digunakan untuk menilai kemampuan finansial perusahaan dengan mempertimbangkan pendapatan dan laba, biaya dan rugi di luar usaha dan yang bersifat ekstraordiner (Harnanto, 1984).
Operating profit margin mempunyai pengaruh yang baik terhadap laba bersih yang dihasilkan perusahaan jika rasio tersebut mempunyai nilai yang rendah, jadi semakin rendah nilai rasio tersebut maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat. Pendapatan atau laba yang bersifat ekstraordiner yang jumlahnya lebih besar dari biaya ekstraordiner juga dapat mempengaruhi besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk masa yang akan datang.
2.2.4 Prediksi Perubahan Laba dengan Net Income to Sales (NIS)
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Perusahaan yang sehat seharusnya memiliki net profit margin positif yang menandakan bahwa perusahan tersebut menghasilkan laba bersih (Jopie Jusuf, 2000). Kemampuan NIS dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi, administrasi, pemasaran, pendanaan dan penentuan harga sehingga rasio ini layak untuk dijadikan predikor laba.
Pengaruh rasio net income to sales terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga akan semakin meningkat, karena penjualan bertambah lebih besar dari pada biaya usahanya (Agus Endro Suwarno, 2004).
2.2.5 Prediksi Perubahan Laba dengan Return On Equity (ROE)
Rasio Return On Equity dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari perspektif pemegang saham biasa. Imbalan bagi para pemegan saham biasa adalah laba bersih perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak rupiah yang diperoleh dari laba bersih untuk setiap rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Rasio ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan modal pemegang saham.
Kemampuan perusahaan dalam menentukan jenis investasi yang tepat juga dapat berpengaruh terhadap besarnya laba yang diperoleh. Pengaruh rasio return on equity terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat laba yang dihasilkan karena penambahan modal kerja dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang akhirnya dapat menghasilkan laba.
2.2.6 Prediksi Perubahan Laba dengan Inventory Turn Over (ITO)
Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan terjual selama satu periode tertentu. Semakin cepat persediaan tersebut terjual maka semakin cepat perusahan menciptakan piutang dagang dan menagih kasnya. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam kegiatan usahanya, jumlah investasi yang ada dalam persediaanya dan siklus operasi untuk mengisi kasnya kembali. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi biaya pokok penjualan dengan persediaan (Henry Simamora,). Penilaian terhadap kemampuan persediaan untuk dikonversikan menjadi kas melalui penjualan dapat dijadikan sebagai indikator tentang seberapa besar profit margin yang dapat direalisasikan di kemudian hari karena persediaan disajikan didalam neraca berdasar biaya yang paling rendah diantara biaya pokok dan biaya pasarnya (Harnanto, 1984). Rasio inventory turn over juga dapat digunakan untuk menilai kualitas dan likuiditas persediaan untuk dikonversikan menjadi kas agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Persediaan merupakan salah satu unsur modal kerja (working capital). Perputaran persediaan yang semakin cepat akan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan di masa yang akan datang (Agus Endro Suwarno, 2004).
2.2.7 Prediksi Perubahan Laba dengan Total Asset Turn Over (TATO)
Rasio perputaran total aktiva mengukur aktivitas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,2003). Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh rasio total asset turn over terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan (Mamduh M. Hanafi dam Abdul Halim, 2003).
2.2.8 Prediksi Perubahan Laba dengan Sales to Current Liabilities (SCL)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah perputaran utang dagang selama periode tertentu. Kemampuan SCL dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan karena dalam sales to current liabilities terkandung penjualan dan hutang lancar yang keduanya mempunyai pengaruh terhadap laba yang dihasilkan. Peningkatan volume penjualan biasanya akan diikuti oleh kenaikan tingkat hutang lancarnya. Dengan adanya kenaikan hasil penjualan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya juga akan meningkat (Harnanto, 1984).
Pengaruh rasio sales to current liabilities terhadap perubahan laba adalah semakin besar nilai rasio ini maka jumlah laba bersih yang dihasilkan juga akan meningkat. Karena dengan meningkatnya nilai rasio tersebut berarti hutang lancer yang dimiliki perusahaan juga meningkat dan hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan yang dapat berpengaruh terhadap besarnya laba yang dihasilkan.
LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan
2.1.1 Pengertian dan Pentingnya Perencanaan
Dalam proses atau fungsi manajemen dikenal perencanaan. Fungsi ini sangat penting sebagai langkah awal setiap pelaksanaan kegiatan yang baik.
Rencana merupakan garisan tentang kegiatan yang dilakukan di masa yang akan
datang. Rencana dirumuskan untuk menggambarkan apa yang ingin dicapai dan
bagaimana mencapai tujuan tersebut. Banyak orang mengabaikan rencana dan
selalu hanya dibuat di kepala tanpa sistematis yang jelas. Padahal dalam proses
manajemen rencana merupakan kegiatan awal yang mutlak ada agar kita dapat
melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu: fungsi pengorganisasian, fungsi staffing, fungsi pengarahan, fungsi pengawasan (Sofyan, 2001). Fungsi-fungsi ini tidak akan bisa efektif tanpa ada rumusan rencana. Sofyan Safri mengemukakan bagi manajer keuangan disamping harus tahu rencana perusahaan dan ikut terlibat dalam meyusun anggaran perusahaan bahkan mungkin sebagai ketua tim, harus dapat memanfaatkan rencana perusahaan untuk menerjemahkan kegiatan bagiannya untuk membantu merealisir rencana global perusahaan. Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Pengendalian melihat ke belakang yaitu melihat apa yang telah dihasilkan dan membandingkannya dengan rencana yang telah disusun. Perbandingan ini kemudian digunakan untuk meyesuaikan anggaran sesuai dengan tujuan masa mendatang yang diinginkan.
Rencana tahunan perusahaan harus disusun setiap tahun. Rencana bisa
yang bersifat jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek. Beberapa
kegunaan rencana ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Agar setiap orang mengetahui arah yang akan dicapainya
2. Sebagai pedoman (stewardship, guidance) dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan dicapai.
3. Sebagai alat penting dalam pelaksanaan pengawasan. Jika ada rencana, kita akan dapat membandingkan rencana dengan kenyataan yang akan dicapaisehingga kita tetap aware terhadap sasaran yang belum dicapai dan penyimpangan yang terjadi sehingga tindakan koreksi dapat dilakukan lebih cepat.
4. Sebagai alat menerjemahkan filosofi dan tujuan utama perusahaan atau lembaga.
5. Sebagai media untuk menilai prestasi (standart of performance) perusahaan dan orang-orangnya baik dalam merumuskan tujuan maupun dalam mencapainya.
6. Dapat meningkatkan partisipasi karyawan.
7. Kita lebih aware terhadap prestasi yang baik.
2.1.2. Prediksi Laba
Salah satu manfaat laba adalah untuk memprediksi laba perusahaan tahun yang akan datang (SFAC No. 1, 2002). Laba dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang akan tetapi prediksi mengenai laba yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan.
Bagi para investor informasi laba dapat digunakan sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi deviden di masa yang akan datang yang merupakan faktor penting untuk menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas keseluruhan perusahaan, sedangkan bagi pemegang obligasi dan kreditor informasi laba dapat digunakan untuk menilai tingkat pengembalian tahunan dan menerima pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut telah jatuh tempo.
Prediksi laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Penilaian terhadap kemampuan manajemen dan tersedianya informasi yang memadai merupakan faktor penting dalam membuat prediksi laba untuk masa yang akan datang.
Laba dapat diprediksi dengan menggunakan alat analisis trend, Break Even Point (BEP) dan analisis regresi. Prediksi laba dengan menggunakan trend dapat dilakukan dengan membandingkan antar rekening atau kelompok rekening yang merupakan unsur – unsur pembentuk laba perusahaan dalam suatu laporan keuangan dengan laporan keuangan untuk periode-periode tahun buku yang berbeda sehingga menghasilkan hubungan dari tiap-tiap rekening yang tergabung di dalam unsur tersebut, Analisa dengan trend akan dapat menunjukkan laba tersebut mempunyai kecenderungan menurun, meningkat atau tetap serta dapat menunjukkan apakah kecenderungan itu menguntungkan atau tidak, sedangkan prediksi laba dengan menggunakan Break Even Point (BEP) dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku biaya yang sudah digolongkan berdasar fungsi-fungsi pokok perusahaan dalam kaitannya dengan perubahan volume dan hasil penjualan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan (Harnanto, 1984). Alat analisis terakhir yang dapat digunakan dalam memprediksi perubahan laba yang akan datang yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi dalam pengertian modern adalah study bagaimana variabel dependen dipengaruhi oleh satu atau lebih dari variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Agus Widarjono, 2005). Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai alat analisis untuk memprediksi perubahan laba karena dalam analisis regresi dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang menunjukkan hubungan satu arah yaitu pengaruh variabel rasio keuangan terhadap variabel perubahan laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, gross profit margin, operating profit margin, return on equity, inventory turn over, total asset turn over, net income to sales dan sales to current liabilities Rasio keuangan dijadikan variabel independen dalam memprediksi perubahan laba karena rasio keuangan mempunyai sifat “future oriented”sehingga dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang, sedangkan perubahan laba dijadikan variabel dependennya karena tujuan setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya adalah untuk memperoleh laba, begitu pula tujuan para investor yang melakukan investasi pada suatu perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dengan alas an tersebut maka laba layak untuk diprediksikan.
2.2.1 Rasio Keuangan
Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
2.2.2 Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan
1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri.
2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan (trend) dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.
2.2.3 Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba
Untuk dapat menginterpretasikan informasi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya dikembangkan seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik yang popular diaplikasikan dalam praktek bisnis khususnya dalam memprediksi laba adalah analisis rasio keuangan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada, untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan (Helfert, 1991). Menurut Suad Husnan (1997) untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu yang mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laporan laba rugi.Selain bersifat future oriented rasio-rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau kondisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 2000), dengan mengetahui informasi tersebut kita dapat mengetahui tingkat laba yang dicapai perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan bukan hanya dapat menentukan tingkat keutungan yang diperoleh tapi juga dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan keefektifan operasi perusahaan.
2.2.1 Prediksi Perubahan Laba dengan Current Ratio
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi. Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang jika hasil penjualan, laba dan perubahan kondisi operasi perusahaan diperhitungkan dalam rasio ini. Selain itu current ratio dapat memberikan informasi tentang margin of safety terhadap kemungkinan penurunan nilai aktiva lancar dan kerugian yang timbul dari peristiwa-peristiwa yang tidak terduga dan berakibat terjadinya pengeluaran kas atau terhentinya arus dana yang masuk ke dalam perusahaan (Harnanto, 1984). Informasi ini dapat mempengaruhi kepercayaan para kreditur jangka pendek dalam memberikan pinjamannya kepada perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya untuk menghasilkan laba.
Pengaruh current ratio terhadap perubahan laba adalah semakin tinggi nilai current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit, karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Nilai current ratio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya.
2.2.2 Prediksi Perubahan Laba dengan Gross Profit Margin (GPM)
Rasio Gross Profit Margin dapat digunakan untuk mengukur efisiensi produksi, penentuan harga jual dan keuntungan yang diperoleh setelah produk tersebut dijual (Munawir, 2000). Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Perubahan harga jual atau harga pokok dapat mempengaruhi laba perusahaan yang diperoleh. Dalam keadaan kondisi normal gross profit margin harus bernilai positif karena menunjukkan perusahaan tersebut dapat menjual produknya di atas harga pokoknya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pengaruh gross profit margin terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal tersebut menandakan bahwa laba kotor yang dihasilkan dapat menutup biaya yang bervariasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan.
2.2.3 Prediksi Perubahan Laba dengan Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang rendah akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan. Operating ratio yang tinggi menunjukkan tingkat dan struktur biaya yang tinggi sehingga mengakibatkan laba usaha tidak cukup untuk menutup biaya tersebut. Operating ratio dapat digunakan untuk menilai kemampuan finansial perusahaan dengan mempertimbangkan pendapatan dan laba, biaya dan rugi di luar usaha dan yang bersifat ekstraordiner (Harnanto, 1984).
Operating profit margin mempunyai pengaruh yang baik terhadap laba bersih yang dihasilkan perusahaan jika rasio tersebut mempunyai nilai yang rendah, jadi semakin rendah nilai rasio tersebut maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat. Pendapatan atau laba yang bersifat ekstraordiner yang jumlahnya lebih besar dari biaya ekstraordiner juga dapat mempengaruhi besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk masa yang akan datang.
2.2.4 Prediksi Perubahan Laba dengan Net Income to Sales (NIS)
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Perusahaan yang sehat seharusnya memiliki net profit margin positif yang menandakan bahwa perusahan tersebut menghasilkan laba bersih (Jopie Jusuf, 2000). Kemampuan NIS dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi, administrasi, pemasaran, pendanaan dan penentuan harga sehingga rasio ini layak untuk dijadikan predikor laba.
Pengaruh rasio net income to sales terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga akan semakin meningkat, karena penjualan bertambah lebih besar dari pada biaya usahanya (Agus Endro Suwarno, 2004).
2.2.5 Prediksi Perubahan Laba dengan Return On Equity (ROE)
Rasio Return On Equity dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari perspektif pemegang saham biasa. Imbalan bagi para pemegan saham biasa adalah laba bersih perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak rupiah yang diperoleh dari laba bersih untuk setiap rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Rasio ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan modal pemegang saham.
Kemampuan perusahaan dalam menentukan jenis investasi yang tepat juga dapat berpengaruh terhadap besarnya laba yang diperoleh. Pengaruh rasio return on equity terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat laba yang dihasilkan karena penambahan modal kerja dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang akhirnya dapat menghasilkan laba.
2.2.6 Prediksi Perubahan Laba dengan Inventory Turn Over (ITO)
Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan terjual selama satu periode tertentu. Semakin cepat persediaan tersebut terjual maka semakin cepat perusahan menciptakan piutang dagang dan menagih kasnya. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam kegiatan usahanya, jumlah investasi yang ada dalam persediaanya dan siklus operasi untuk mengisi kasnya kembali. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi biaya pokok penjualan dengan persediaan (Henry Simamora,). Penilaian terhadap kemampuan persediaan untuk dikonversikan menjadi kas melalui penjualan dapat dijadikan sebagai indikator tentang seberapa besar profit margin yang dapat direalisasikan di kemudian hari karena persediaan disajikan didalam neraca berdasar biaya yang paling rendah diantara biaya pokok dan biaya pasarnya (Harnanto, 1984). Rasio inventory turn over juga dapat digunakan untuk menilai kualitas dan likuiditas persediaan untuk dikonversikan menjadi kas agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Persediaan merupakan salah satu unsur modal kerja (working capital). Perputaran persediaan yang semakin cepat akan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan di masa yang akan datang (Agus Endro Suwarno, 2004).
2.2.7 Prediksi Perubahan Laba dengan Total Asset Turn Over (TATO)
Rasio perputaran total aktiva mengukur aktivitas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,2003). Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh rasio total asset turn over terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan (Mamduh M. Hanafi dam Abdul Halim, 2003).
2.2.8 Prediksi Perubahan Laba dengan Sales to Current Liabilities (SCL)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah perputaran utang dagang selama periode tertentu. Kemampuan SCL dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan karena dalam sales to current liabilities terkandung penjualan dan hutang lancar yang keduanya mempunyai pengaruh terhadap laba yang dihasilkan. Peningkatan volume penjualan biasanya akan diikuti oleh kenaikan tingkat hutang lancarnya. Dengan adanya kenaikan hasil penjualan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya juga akan meningkat (Harnanto, 1984).
Pengaruh rasio sales to current liabilities terhadap perubahan laba adalah semakin besar nilai rasio ini maka jumlah laba bersih yang dihasilkan juga akan meningkat. Karena dengan meningkatnya nilai rasio tersebut berarti hutang lancer yang dimiliki perusahaan juga meningkat dan hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan yang dapat berpengaruh terhadap besarnya laba yang dihasilkan.
BAB III
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah PT. Telkom.Tbk . Periode data yang digunakan dalam penelitian ini mulai tahun 2007 sampai tahun 2009
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini, data laporan keuangan yang akan digunakan untuk menghitung rasio keuangan dan perubahan laba diambil dari situs http/www.idx.co.id . Periodisasi data penelitian mencakup data tahun, 2007, 2008 dan 2009. Data yang dipakai merupakan data runtut waktu dan silang tempat (pooled time series) dengan menggunakan prosedur timelag I tahun yaitu data rasio keuangan tahun 2007 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2007/2008, rasio keuangan tahun 2008 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2008/2009 dan rasio keuangan tahun 2009 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2009/2010.
5.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variable dependen dan variabel independen.
1. Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perubahan laba. Dasar perhitungan perubahan laba adalah laba bersih setelah pajak. Untuk menghitung perubahan laba digunakan data tahun 2007 sampai tahun 2009. Dimana perubahan laba tahun 2007/2008 dijadikan dasar untuk memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
Rumus perhitungan perubahan laba relatif:
ΔYit = ( Yit – Yit-n)
----------------
Yit - n
Notasi : Yit = perubahan relatif laba pada periode tertentu
Yit = Laba perusahaan pada periode tertentu
Y it-n = Laba perusahaan pada periode sebelumnya
2. Variabel Independen
Variabel independen atau penjelas dalam penelitian ini adalah rasio keuangan. Penghitungan rasio-rasio keuangan yang digunakan dihitung dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel tahun, 2007, 2008 dan 2009
Adapun rasio-rasio yang akan digunakan sebanyak 8 rasio keuangan :
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Current ratio (CR)
Rasio ini disebut juga rasio lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap profitabilitas perusahaan. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Current Ratio (CR) = Hutangr lancar
---------------------
Aktiva lancar
2. Gross profit Margin (GPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
kotor pada tingkat penjualan tertentu dengan mengukur efisiensi produksi
dan penentuan harga jual. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Gross profit Margin (GPM) = Laba Kotor
----------------
Penjualan
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
2. Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang rendah akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan.perhitungan rasio ini adalah :
Operating Profit Margin (OPM) = Laba Operasi
Penjualan
4. Net Income to Sales
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Net Income to Sales = Laba Bersih
Penjualan
5. Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Return on Equity (ROE) = Laba Bersih
Modal Sendiri
Rasio aktivitas (Aktivity Ratios)
Rasio Aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Inventory Turnover (ITO)
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu. Rasio ini merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola persediaan barang. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Inventory Turnover (ITO) = HPP
Persediaan
7 . Total Asset Turnover (TATO)
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telahdimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Total Asset Turnover (TATO) = Penjualan
Total Aktiva
8. Sales to Current liabilities (SCL)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah perputaran utang dagang selama periode tertentu. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Sales to Current Liabilities (SCL) = Penjualan
Hutang Lancar
3.4 Perumusan Model
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah model umum persamaan regresi linier berganda (Multipple Regression Analysis) dan pengolahannya menggunakan alat bantu statistik microsoft EXCEL 2000.
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian terbukti atau tidak. Analisis ini untuk menguji kemampuan variabel rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang. Model dalam penelitian ini adalah
ΔYt = α + β1 CRt + β2 GPMt + β3 OPMt + β4 NISt + β5 ROEt + β6 ITOt + β7 TATOt + β8 SCLt + e
Keterangan:
ΔY = Perubahan Laba
Α = Intercept persamaan regresi
β1 - β1 = Koefisien regresi variable independent
t = Periode Amatan
e = Koefisien error
CR = Current Ratio
GPM = Gross Profit Margin
OPM = Operating Profit Margin
NIS = Net Income to Sales
ROE = Return On Asset
ITO = Inventory Turn Over
TATO = Total Asset Turn Over
SCL = Sales to Current Liabilities
Dalam melakukan analisa regresi dengan menggunakan data keuangan sering dijumpai adanya outliers berupa data yang nilainya ekstrim. Keberadaan outliers dalam penelitian ini ditandai dengan adanya nilai skewness yang tinggi lebih dari 3 (Djarwanto, Ps., 1996). Adanya nilai ekstrim pada data dapat menimbulkan terjadinya kebiasan dan mengganggu validitas data, untuk menghindarinya maka data yang mempunyai nilai ekstrim akan dikeluarkan pada penelitian ini.
3.5 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini normalitas data ditunjukkan dengan besarnya nilai skewness dan kurtosis yang dijelaskan dalam deskriptif statistik.
3.6 Uji Asumsi Klasik
Model regresi di atas secara teoritis akan menghasilkan nilai parameter model penduga yang akurat bila memenuhi asumsi klasik regresi. Asumsi klasik yang harus dipenuhi tersebut diantaranya adalah uji autokorelasi dan uji multikolinieritas.
1. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi merupakan masalah khusus dalam penggunaan sample runtun waktu, karena sample yang digunakan pooled time series cross-section dengan jumlah perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah periode sampel, maka permasalahan autokorelasi tidak menyebabkan terjadinya bias dalam estimasi
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan tolerance value atau variance inflation factor (VIF).
3.7 Uji Hipotesa
Pengujian hipotesa tentang kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen masa mendatang dapat menggunakan alat analisa statistik berupa uji F dan uji t.Uji F Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F atau p value < 5 %. Dan uji T adalah : Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah PT. Telkom.Tbk . Periode data yang digunakan dalam penelitian ini mulai tahun 2007 sampai tahun 2009
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini, data laporan keuangan yang akan digunakan untuk menghitung rasio keuangan dan perubahan laba diambil dari situs http/www.idx.co.id . Periodisasi data penelitian mencakup data tahun, 2007, 2008 dan 2009. Data yang dipakai merupakan data runtut waktu dan silang tempat (pooled time series) dengan menggunakan prosedur timelag I tahun yaitu data rasio keuangan tahun 2007 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2007/2008, rasio keuangan tahun 2008 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2008/2009 dan rasio keuangan tahun 2009 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2009/2010.
5.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variable dependen dan variabel independen.
1. Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perubahan laba. Dasar perhitungan perubahan laba adalah laba bersih setelah pajak. Untuk menghitung perubahan laba digunakan data tahun 2007 sampai tahun 2009. Dimana perubahan laba tahun 2007/2008 dijadikan dasar untuk memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
Rumus perhitungan perubahan laba relatif:
ΔYit = ( Yit – Yit-n)
----------------
Yit - n
Notasi : Yit = perubahan relatif laba pada periode tertentu
Yit = Laba perusahaan pada periode tertentu
Y it-n = Laba perusahaan pada periode sebelumnya
2. Variabel Independen
Variabel independen atau penjelas dalam penelitian ini adalah rasio keuangan. Penghitungan rasio-rasio keuangan yang digunakan dihitung dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel tahun, 2007, 2008 dan 2009
Adapun rasio-rasio yang akan digunakan sebanyak 8 rasio keuangan :
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Current ratio (CR)
Rasio ini disebut juga rasio lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap profitabilitas perusahaan. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Current Ratio (CR) = Hutangr lancar
---------------------
Aktiva lancar
2. Gross profit Margin (GPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
kotor pada tingkat penjualan tertentu dengan mengukur efisiensi produksi
dan penentuan harga jual. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Gross profit Margin (GPM) = Laba Kotor
----------------
Penjualan
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
2. Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang rendah akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan.perhitungan rasio ini adalah :
Operating Profit Margin (OPM) = Laba Operasi
Penjualan
4. Net Income to Sales
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Net Income to Sales = Laba Bersih
Penjualan
5. Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Return on Equity (ROE) = Laba Bersih
Modal Sendiri
Rasio aktivitas (Aktivity Ratios)
Rasio Aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Inventory Turnover (ITO)
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu. Rasio ini merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola persediaan barang. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Inventory Turnover (ITO) = HPP
Persediaan
7 . Total Asset Turnover (TATO)
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telahdimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Total Asset Turnover (TATO) = Penjualan
Total Aktiva
8. Sales to Current liabilities (SCL)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah perputaran utang dagang selama periode tertentu. Perhitungan dari rasio ini adalah:
Sales to Current Liabilities (SCL) = Penjualan
Hutang Lancar
3.4 Perumusan Model
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah model umum persamaan regresi linier berganda (Multipple Regression Analysis) dan pengolahannya menggunakan alat bantu statistik microsoft EXCEL 2000.
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian terbukti atau tidak. Analisis ini untuk menguji kemampuan variabel rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang. Model dalam penelitian ini adalah
ΔYt = α + β1 CRt + β2 GPMt + β3 OPMt + β4 NISt + β5 ROEt + β6 ITOt + β7 TATOt + β8 SCLt + e
Keterangan:
ΔY = Perubahan Laba
Α = Intercept persamaan regresi
β1 - β1 = Koefisien regresi variable independent
t = Periode Amatan
e = Koefisien error
CR = Current Ratio
GPM = Gross Profit Margin
OPM = Operating Profit Margin
NIS = Net Income to Sales
ROE = Return On Asset
ITO = Inventory Turn Over
TATO = Total Asset Turn Over
SCL = Sales to Current Liabilities
Dalam melakukan analisa regresi dengan menggunakan data keuangan sering dijumpai adanya outliers berupa data yang nilainya ekstrim. Keberadaan outliers dalam penelitian ini ditandai dengan adanya nilai skewness yang tinggi lebih dari 3 (Djarwanto, Ps., 1996). Adanya nilai ekstrim pada data dapat menimbulkan terjadinya kebiasan dan mengganggu validitas data, untuk menghindarinya maka data yang mempunyai nilai ekstrim akan dikeluarkan pada penelitian ini.
3.5 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini normalitas data ditunjukkan dengan besarnya nilai skewness dan kurtosis yang dijelaskan dalam deskriptif statistik.
3.6 Uji Asumsi Klasik
Model regresi di atas secara teoritis akan menghasilkan nilai parameter model penduga yang akurat bila memenuhi asumsi klasik regresi. Asumsi klasik yang harus dipenuhi tersebut diantaranya adalah uji autokorelasi dan uji multikolinieritas.
1. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi merupakan masalah khusus dalam penggunaan sample runtun waktu, karena sample yang digunakan pooled time series cross-section dengan jumlah perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah periode sampel, maka permasalahan autokorelasi tidak menyebabkan terjadinya bias dalam estimasi
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan tolerance value atau variance inflation factor (VIF).
3.7 Uji Hipotesa
Pengujian hipotesa tentang kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen masa mendatang dapat menggunakan alat analisa statistik berupa uji F dan uji t.Uji F Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F atau p value < 5 %. Dan uji T adalah : Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%.
ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA PADA PT.TELKOM.tbk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (2002) informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan yang sering digunakan adalah laba. PSAK No. 25 tahun 2002 menyatakan bahwa laba dapat dilihat pada laporan laba rugi yang merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode tertentu.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor).
Jakarta, 9 Februari 2009 – Sampai dengan posisi Triwulan III 2009 laba bersih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengalami kenaikan yang cukup berarti. Berdasarkan laporan keuangan Triwulan III 2009, laba bersih Telkom mencapai Rp 9,3 triliun yang berarti tumbuh 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Demikian dinyatakan Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, menanggapi pernyataan Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol.
Seperti dilansir di media massa (antara lain detik.com dan Bisnis Indonesia), di hadapan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol memberikan pernyataan yang intinya menyebutkan bahwa selama tahun 2009 Telkom membukukan laba bersih sebesar Rp 9,3 triliun, yang berarti turun dibanding laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 10,619 triliun. Menurut Eddy Kurnia, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada. Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian (Unaudited) yang terbit pada 30 September 2009, Telkom justru mengalami kenaikan laba bersih bersih sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
”Faktanya, di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi laba bersih Telkom justru naik cukup berarti,” ujar Eddy kurnia. Angka Rp 9,3 triliun yang dikemukakan oleh Deputy Menteri BUMN tersebut adalah laba bersih untuk 9 bulan pertama (sampai dengan September) 2009, bukan laba selama tahun 2009. Jadi, demikian Eddy Kurnia, perbandingan tersebut tidak apple to apple dari sisi waktu.
Dengan melihat kencederungan kinerja tahun 2009, terbuka kemungkian bagi Telkom untuk membukukan pertumbuhan laba bersih. Dipaparkan Eddy Kurnia, berdasarkan laporan keuangan konsolidasian (Unaudited), pada Triwulan III 2009, Telkom mencatat kenaikan pendapatan sebesar Rp 2.465 milyar atau 5,52% dibandingkan periode sebelumnya, yang sebagian besar berasal dari kenaikan Pendapatan Seluler sebesar Rp 2.760 miliar atau 15,10%. Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informasi naik sebesar Rp 1.534 miliar atai 14,07%. Sementara itu pendapatan telepon tetap dan interkoneksi turun masing-masing sebesar Rp 1.078 miliar atau 14,47% dan Rp 899 miliar atau 13,54%. Tahun 2010 perseroan menargetkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar Rp19-20 triliun atau setara dengan dua miliar dolar AS.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI
PERUBAHAN LABA PADA PT. TELKOM.Tbk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah rasio-rasio keuangan mempunyai kemampuan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.3 Batasan Masalah
Didalam suatu penulisan harus ada batasan masalah, maka didalam penulisan ini penulis membahas tentang kemampuan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris kemampuan rasio yang didasarkan pada data laporan keuangan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara akademis dan
aplikatif, antara lain:
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan teori yang berkaitan dengan akuntansimanajemen, akuntansi keuangan dan dan kajian perataan laba.
2. Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kontribusi praktis bagi perusahaan dalam memprediksi laba dan pengambilan keputusan yang berkaitan dan bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan kredit pada suatu perusahaan
3. Bagi pihak lain yang berkaitan, penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (2002) informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan yang sering digunakan adalah laba. PSAK No. 25 tahun 2002 menyatakan bahwa laba dapat dilihat pada laporan laba rugi yang merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode tertentu.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor).
Jakarta, 9 Februari 2009 – Sampai dengan posisi Triwulan III 2009 laba bersih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengalami kenaikan yang cukup berarti. Berdasarkan laporan keuangan Triwulan III 2009, laba bersih Telkom mencapai Rp 9,3 triliun yang berarti tumbuh 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Demikian dinyatakan Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, menanggapi pernyataan Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol.
Seperti dilansir di media massa (antara lain detik.com dan Bisnis Indonesia), di hadapan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol memberikan pernyataan yang intinya menyebutkan bahwa selama tahun 2009 Telkom membukukan laba bersih sebesar Rp 9,3 triliun, yang berarti turun dibanding laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 10,619 triliun. Menurut Eddy Kurnia, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada. Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian (Unaudited) yang terbit pada 30 September 2009, Telkom justru mengalami kenaikan laba bersih bersih sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
”Faktanya, di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi laba bersih Telkom justru naik cukup berarti,” ujar Eddy kurnia. Angka Rp 9,3 triliun yang dikemukakan oleh Deputy Menteri BUMN tersebut adalah laba bersih untuk 9 bulan pertama (sampai dengan September) 2009, bukan laba selama tahun 2009. Jadi, demikian Eddy Kurnia, perbandingan tersebut tidak apple to apple dari sisi waktu.
Dengan melihat kencederungan kinerja tahun 2009, terbuka kemungkian bagi Telkom untuk membukukan pertumbuhan laba bersih. Dipaparkan Eddy Kurnia, berdasarkan laporan keuangan konsolidasian (Unaudited), pada Triwulan III 2009, Telkom mencatat kenaikan pendapatan sebesar Rp 2.465 milyar atau 5,52% dibandingkan periode sebelumnya, yang sebagian besar berasal dari kenaikan Pendapatan Seluler sebesar Rp 2.760 miliar atau 15,10%. Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informasi naik sebesar Rp 1.534 miliar atai 14,07%. Sementara itu pendapatan telepon tetap dan interkoneksi turun masing-masing sebesar Rp 1.078 miliar atau 14,47% dan Rp 899 miliar atau 13,54%. Tahun 2010 perseroan menargetkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar Rp19-20 triliun atau setara dengan dua miliar dolar AS.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI
PERUBAHAN LABA PADA PT. TELKOM.Tbk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah rasio-rasio keuangan mempunyai kemampuan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.3 Batasan Masalah
Didalam suatu penulisan harus ada batasan masalah, maka didalam penulisan ini penulis membahas tentang kemampuan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris kemampuan rasio yang didasarkan pada data laporan keuangan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara akademis dan
aplikatif, antara lain:
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan teori yang berkaitan dengan akuntansimanajemen, akuntansi keuangan dan dan kajian perataan laba.
2. Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kontribusi praktis bagi perusahaan dalam memprediksi laba dan pengambilan keputusan yang berkaitan dan bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan kredit pada suatu perusahaan
3. Bagi pihak lain yang berkaitan, penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
penulisan ilmiah
Penelitian ilmiah adalah :
1. Merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan/mengembangkan/ menguji kebenaran).
2. Dengan cara/kegiatan mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data (informasi/keterangan)
3. Dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah.
Sifat atau ciri dari penelitian itu sendiri:
1. pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan,
2. aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa.
Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah menghubungkan:
1. Keinginan manusia,
2. permasalahan yang timbul,
3. ilmu pengetahuan, dan
4. metode ilmiah.
Tujuan penulisan ilmiah
Tujuan dalam Penulisan ilmiah adalah memberikan pemahaman terhadap mahasiswa agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur
Isi dan Materi
Isi dari Penulisan ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek di bawah ini :
1. Relevan dengan jurusan dari mahasiswa yang bersangkutan.
2. Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3. Masalah dibatasi, sesempit mungkin.
4. BENTUK LAPORAN PENULISAN ILMIAH
Bentuk laporan penulisan ilmiah Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen dan Akuntansi untuk jenjang Akademik Strata Satu terdiri dari:
A. Bagian Awal.
Bagian Awal ini terdiri dari: 1. Halaman Judul
2. Lembar Pernyataan
3. Lembar Pengesahan
4. Abstraksi
5. Halaman Kata Pengantar
6. Halaman Daftar Isi
7. Halaman Daftar Tabel
8. Halaman Daftar Gambar: Grafik, Diagram, Bagan, Peta dan sebagainya
B. Bagian Tengah.
Bagian tengah ini terdiri dari: 1. Bab Pendahuluan
2. Bab Landasan Teori
3. Metode Penelitian.
4. Bab Analisis Data dan Pembahasan
5. Bab Kesimpulan dan Saran
C. Bagian Akhir.
Bagian akhir terdiri dari: 1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
Penjelasan secara terinci dari Struktur Penulisan Ilmiah dapat dilihat sebagai berikut :
A. Bagian Awal.
Pada bagian ini berisi hal-hal yang berhubungan dengan penulisan skripsi yakni sebagai berikut :
1. Halaman Judul
Ditulis sesuai dengan cover depan Penulisan Skripsi standar Universitas Gunadarma.
2. Lembar Pernyataan
Yakni merupakan halaman yang berisi pernyataan bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.
3. Lembar Pengesahan
Pada Lembar Pengesahan ini berisi Daftar Komisi Pembimbing, Daftar Nama Panitia Ujian yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Pada Bagian bawah sendiri juga disertai tanda tangan Pembimbing dan Kepala Bagian Sidang Sarjana.
4. Abstraksi
Yakni berisi ringkasan tentang hasil dan pembahasan secara garis besar dari Penulisan Skripsi dengan maximal 1 halaman.
5. Kata Pengantar
Berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan serta dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan Skripsi (a.l. Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Pembimbing, Perusahaan, dll ).
6. Halaman Daftar Isi
Berisi semua informasi secara garis besar dan disusun berdasarkan urut nomor halaman.
7. Halaman Daftar Tabel
8. Halaman Daftar Gambar, Daftar Grafik, Daftar Diagram
B. Bagian Tengah
1. Pendahuluan
Pada Bab Pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a. Latar Belakang Masalah
Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang bersangkutan.
b. Rumusan Masalah
Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang bersangkutan.
c. Batasan Masalah
Memberikan batasan yang jelas pada bagian mana dari persoalan atau masalah yang dikaji dan bagian mana yang tidak.
d. Tujuan Penelitian
Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
e. Metode Penelitian
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.
Jenis-Jenis Metode Penelitian :
a. Studi Pustaka : Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal.
b. Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.
c. Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.
f. Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Skripsi
2. Landasan Teori
Menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang bisa diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.
3. Metode Penelitian
Menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.
4. Analisis Data dan Pembahasan
Membahas tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
5. Kesimpulan (dan Saran)
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
- Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
- Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.
B. BAGIAN AKHIR
- Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam penulisan
.
- Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, gambar, perhitungan-perhi tungan, grafik atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.
Contoh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (2002) informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan yang sering digunakan adalah laba. PSAK No. 25 tahun 2002 menyatakan bahwa laba dapat dilihat pada laporan laba rugi yang merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode tertentu.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor).
Jakarta, 9 Februari 2009 – Sampai dengan posisi Triwulan III 2009 laba bersih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengalami kenaikan yang cukup berarti. Berdasarkan laporan keuangan Triwulan III 2009, laba bersih Telkom mencapai Rp 9,3 triliun yang berarti tumbuh 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Demikian dinyatakan Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, menanggapi pernyataan Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol.
Seperti dilansir di media massa (antara lain detik.com dan Bisnis Indonesia), di hadapan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol memberikan pernyataan yang intinya menyebutkan bahwa selama tahun 2009 Telkom membukukan laba bersih sebesar Rp 9,3 triliun, yang berarti turun dibanding laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 10,619 triliun. Menurut Eddy Kurnia, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada. Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian (Unaudited) yang terbit pada 30 September 2009, Telkom justru mengalami kenaikan laba bersih bersih sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
”Faktanya, di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi laba bersih Telkom justru naik cukup berarti,” ujar Eddy kurnia. Angka Rp 9,3 triliun yang dikemukakan oleh Deputy Menteri BUMN tersebut adalah laba bersih untuk 9 bulan pertama (sampai dengan September) 2009, bukan laba selama tahun 2009. Jadi, demikian Eddy Kurnia, perbandingan tersebut tidak apple to apple dari sisi waktu.
Dengan melihat kencederungan kinerja tahun 2009, terbuka kemungkian bagi Telkom untuk membukukan pertumbuhan laba bersih. Dipaparkan Eddy Kurnia, berdasarkan laporan keuangan konsolidasian (Unaudited), pada Triwulan III 2009, Telkom mencatat kenaikan pendapatan sebesar Rp 2.465 milyar atau 5,52% dibandingkan periode sebelumnya, yang sebagian besar berasal dari kenaikan Pendapatan Seluler sebesar Rp 2.760 miliar atau 15,10%. Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informasi naik sebesar Rp 1.534 miliar atai 14,07%. Sementara itu pendapatan telepon tetap dan interkoneksi turun masing-masing sebesar Rp 1.078 miliar atau 14,47% dan Rp 899 miliar atau 13,54%. Tahun 2010 perseroan menargetkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar Rp19-20 triliun atau setara dengan dua miliar dolar AS.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI
PERUBAHAN LABA PADA PT. TELKOM.Tbk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah rasio-rasio keuangan mempunyai kemampuan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.3 Batasan Masalah
Didalam suatu penulisan harus ada batasan masalah, maka didalam penulisan ini penulis membahas tentang analisis laporan keuangan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris kemampuan rasio yang didasarkan pada data laporan keuangan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara akademis dan
aplikatif, antara lain:
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan teori yang berkaitan dengan akuntansimanajemen, akuntansi keuangan dan dan kajian perataan laba.
2. Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kontribusi praktis bagi perusahaan dalam memprediksi laba dan pengambilan keputusan yang berkaitan dan bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan kredit pada suatu perusahaan
3. Bagi pihak lain yang berkaitan, penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis laporan keungan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
1. Merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan/mengembangkan/ menguji kebenaran).
2. Dengan cara/kegiatan mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data (informasi/keterangan)
3. Dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah.
Sifat atau ciri dari penelitian itu sendiri:
1. pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan,
2. aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa.
Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah menghubungkan:
1. Keinginan manusia,
2. permasalahan yang timbul,
3. ilmu pengetahuan, dan
4. metode ilmiah.
Tujuan penulisan ilmiah
Tujuan dalam Penulisan ilmiah adalah memberikan pemahaman terhadap mahasiswa agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur
Isi dan Materi
Isi dari Penulisan ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek di bawah ini :
1. Relevan dengan jurusan dari mahasiswa yang bersangkutan.
2. Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3. Masalah dibatasi, sesempit mungkin.
4. BENTUK LAPORAN PENULISAN ILMIAH
Bentuk laporan penulisan ilmiah Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen dan Akuntansi untuk jenjang Akademik Strata Satu terdiri dari:
A. Bagian Awal.
Bagian Awal ini terdiri dari: 1. Halaman Judul
2. Lembar Pernyataan
3. Lembar Pengesahan
4. Abstraksi
5. Halaman Kata Pengantar
6. Halaman Daftar Isi
7. Halaman Daftar Tabel
8. Halaman Daftar Gambar: Grafik, Diagram, Bagan, Peta dan sebagainya
B. Bagian Tengah.
Bagian tengah ini terdiri dari: 1. Bab Pendahuluan
2. Bab Landasan Teori
3. Metode Penelitian.
4. Bab Analisis Data dan Pembahasan
5. Bab Kesimpulan dan Saran
C. Bagian Akhir.
Bagian akhir terdiri dari: 1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
Penjelasan secara terinci dari Struktur Penulisan Ilmiah dapat dilihat sebagai berikut :
A. Bagian Awal.
Pada bagian ini berisi hal-hal yang berhubungan dengan penulisan skripsi yakni sebagai berikut :
1. Halaman Judul
Ditulis sesuai dengan cover depan Penulisan Skripsi standar Universitas Gunadarma.
2. Lembar Pernyataan
Yakni merupakan halaman yang berisi pernyataan bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.
3. Lembar Pengesahan
Pada Lembar Pengesahan ini berisi Daftar Komisi Pembimbing, Daftar Nama Panitia Ujian yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Pada Bagian bawah sendiri juga disertai tanda tangan Pembimbing dan Kepala Bagian Sidang Sarjana.
4. Abstraksi
Yakni berisi ringkasan tentang hasil dan pembahasan secara garis besar dari Penulisan Skripsi dengan maximal 1 halaman.
5. Kata Pengantar
Berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan serta dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan Skripsi (a.l. Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Pembimbing, Perusahaan, dll ).
6. Halaman Daftar Isi
Berisi semua informasi secara garis besar dan disusun berdasarkan urut nomor halaman.
7. Halaman Daftar Tabel
8. Halaman Daftar Gambar, Daftar Grafik, Daftar Diagram
B. Bagian Tengah
1. Pendahuluan
Pada Bab Pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a. Latar Belakang Masalah
Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang bersangkutan.
b. Rumusan Masalah
Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang bersangkutan.
c. Batasan Masalah
Memberikan batasan yang jelas pada bagian mana dari persoalan atau masalah yang dikaji dan bagian mana yang tidak.
d. Tujuan Penelitian
Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
e. Metode Penelitian
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.
Jenis-Jenis Metode Penelitian :
a. Studi Pustaka : Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal.
b. Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.
c. Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.
f. Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Skripsi
2. Landasan Teori
Menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang bisa diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.
3. Metode Penelitian
Menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.
4. Analisis Data dan Pembahasan
Membahas tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
5. Kesimpulan (dan Saran)
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
- Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
- Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.
B. BAGIAN AKHIR
- Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam penulisan
.
- Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, gambar, perhitungan-perhi tungan, grafik atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.
Contoh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (2002) informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan yang sering digunakan adalah laba. PSAK No. 25 tahun 2002 menyatakan bahwa laba dapat dilihat pada laporan laba rugi yang merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode tertentu.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor).
Jakarta, 9 Februari 2009 – Sampai dengan posisi Triwulan III 2009 laba bersih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengalami kenaikan yang cukup berarti. Berdasarkan laporan keuangan Triwulan III 2009, laba bersih Telkom mencapai Rp 9,3 triliun yang berarti tumbuh 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Demikian dinyatakan Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, menanggapi pernyataan Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol.
Seperti dilansir di media massa (antara lain detik.com dan Bisnis Indonesia), di hadapan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Deputy Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol memberikan pernyataan yang intinya menyebutkan bahwa selama tahun 2009 Telkom membukukan laba bersih sebesar Rp 9,3 triliun, yang berarti turun dibanding laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 10,619 triliun. Menurut Eddy Kurnia, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada. Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian (Unaudited) yang terbit pada 30 September 2009, Telkom justru mengalami kenaikan laba bersih bersih sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
”Faktanya, di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi laba bersih Telkom justru naik cukup berarti,” ujar Eddy kurnia. Angka Rp 9,3 triliun yang dikemukakan oleh Deputy Menteri BUMN tersebut adalah laba bersih untuk 9 bulan pertama (sampai dengan September) 2009, bukan laba selama tahun 2009. Jadi, demikian Eddy Kurnia, perbandingan tersebut tidak apple to apple dari sisi waktu.
Dengan melihat kencederungan kinerja tahun 2009, terbuka kemungkian bagi Telkom untuk membukukan pertumbuhan laba bersih. Dipaparkan Eddy Kurnia, berdasarkan laporan keuangan konsolidasian (Unaudited), pada Triwulan III 2009, Telkom mencatat kenaikan pendapatan sebesar Rp 2.465 milyar atau 5,52% dibandingkan periode sebelumnya, yang sebagian besar berasal dari kenaikan Pendapatan Seluler sebesar Rp 2.760 miliar atau 15,10%. Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informasi naik sebesar Rp 1.534 miliar atai 14,07%. Sementara itu pendapatan telepon tetap dan interkoneksi turun masing-masing sebesar Rp 1.078 miliar atau 14,47% dan Rp 899 miliar atau 13,54%. Tahun 2010 perseroan menargetkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar Rp19-20 triliun atau setara dengan dua miliar dolar AS.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI
PERUBAHAN LABA PADA PT. TELKOM.Tbk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah rasio-rasio keuangan mempunyai kemampuan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.3 Batasan Masalah
Didalam suatu penulisan harus ada batasan masalah, maka didalam penulisan ini penulis membahas tentang analisis laporan keuangan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada PT. Telkom.Tbk.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris kemampuan rasio yang didasarkan pada data laporan keuangan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara akademis dan
aplikatif, antara lain:
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan teori yang berkaitan dengan akuntansimanajemen, akuntansi keuangan dan dan kajian perataan laba.
2. Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kontribusi praktis bagi perusahaan dalam memprediksi laba dan pengambilan keputusan yang berkaitan dan bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan kredit pada suatu perusahaan
3. Bagi pihak lain yang berkaitan, penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis laporan keungan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
Langganan:
Postingan (Atom)