Minggu, 16 Mei 2010

BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan

2.1.1 Pengertian dan Pentingnya Perencanaan
Dalam proses atau fungsi manajemen dikenal perencanaan. Fungsi ini sangat penting sebagai langkah awal setiap pelaksanaan kegiatan yang baik.
Rencana merupakan garisan tentang kegiatan yang dilakukan di masa yang akan
datang. Rencana dirumuskan untuk menggambarkan apa yang ingin dicapai dan
bagaimana mencapai tujuan tersebut. Banyak orang mengabaikan rencana dan
selalu hanya dibuat di kepala tanpa sistematis yang jelas. Padahal dalam proses
manajemen rencana merupakan kegiatan awal yang mutlak ada agar kita dapat
melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu: fungsi pengorganisasian, fungsi staffing, fungsi pengarahan, fungsi pengawasan (Sofyan, 2001). Fungsi-fungsi ini tidak akan bisa efektif tanpa ada rumusan rencana. Sofyan Safri mengemukakan bagi manajer keuangan disamping harus tahu rencana perusahaan dan ikut terlibat dalam meyusun anggaran perusahaan bahkan mungkin sebagai ketua tim, harus dapat memanfaatkan rencana perusahaan untuk menerjemahkan kegiatan bagiannya untuk membantu merealisir rencana global perusahaan. Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Pengendalian melihat ke belakang yaitu melihat apa yang telah dihasilkan dan membandingkannya dengan rencana yang telah disusun. Perbandingan ini kemudian digunakan untuk meyesuaikan anggaran sesuai dengan tujuan masa mendatang yang diinginkan.
Rencana tahunan perusahaan harus disusun setiap tahun. Rencana bisa
yang bersifat jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek. Beberapa
kegunaan rencana ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Agar setiap orang mengetahui arah yang akan dicapainya
2. Sebagai pedoman (stewardship, guidance) dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan dicapai.
3. Sebagai alat penting dalam pelaksanaan pengawasan. Jika ada rencana, kita akan dapat membandingkan rencana dengan kenyataan yang akan dicapaisehingga kita tetap aware terhadap sasaran yang belum dicapai dan penyimpangan yang terjadi sehingga tindakan koreksi dapat dilakukan lebih cepat.
4. Sebagai alat menerjemahkan filosofi dan tujuan utama perusahaan atau lembaga.
5. Sebagai media untuk menilai prestasi (standart of performance) perusahaan dan orang-orangnya baik dalam merumuskan tujuan maupun dalam mencapainya.
6. Dapat meningkatkan partisipasi karyawan.
7. Kita lebih aware terhadap prestasi yang baik.

2.1.2. Prediksi Laba
Salah satu manfaat laba adalah untuk memprediksi laba perusahaan tahun yang akan datang (SFAC No. 1, 2002). Laba dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang akan tetapi prediksi mengenai laba yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan.
Bagi para investor informasi laba dapat digunakan sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi deviden di masa yang akan datang yang merupakan faktor penting untuk menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas keseluruhan perusahaan, sedangkan bagi pemegang obligasi dan kreditor informasi laba dapat digunakan untuk menilai tingkat pengembalian tahunan dan menerima pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut telah jatuh tempo.
Prediksi laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Penilaian terhadap kemampuan manajemen dan tersedianya informasi yang memadai merupakan faktor penting dalam membuat prediksi laba untuk masa yang akan datang.
Laba dapat diprediksi dengan menggunakan alat analisis trend, Break Even Point (BEP) dan analisis regresi. Prediksi laba dengan menggunakan trend dapat dilakukan dengan membandingkan antar rekening atau kelompok rekening yang merupakan unsur – unsur pembentuk laba perusahaan dalam suatu laporan keuangan dengan laporan keuangan untuk periode-periode tahun buku yang berbeda sehingga menghasilkan hubungan dari tiap-tiap rekening yang tergabung di dalam unsur tersebut, Analisa dengan trend akan dapat menunjukkan laba tersebut mempunyai kecenderungan menurun, meningkat atau tetap serta dapat menunjukkan apakah kecenderungan itu menguntungkan atau tidak, sedangkan prediksi laba dengan menggunakan Break Even Point (BEP) dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku biaya yang sudah digolongkan berdasar fungsi-fungsi pokok perusahaan dalam kaitannya dengan perubahan volume dan hasil penjualan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan (Harnanto, 1984). Alat analisis terakhir yang dapat digunakan dalam memprediksi perubahan laba yang akan datang yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi dalam pengertian modern adalah study bagaimana variabel dependen dipengaruhi oleh satu atau lebih dari variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Agus Widarjono, 2005). Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai alat analisis untuk memprediksi perubahan laba karena dalam analisis regresi dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang menunjukkan hubungan satu arah yaitu pengaruh variabel rasio keuangan terhadap variabel perubahan laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, gross profit margin, operating profit margin, return on equity, inventory turn over, total asset turn over, net income to sales dan sales to current liabilities Rasio keuangan dijadikan variabel independen dalam memprediksi perubahan laba karena rasio keuangan mempunyai sifat “future oriented”sehingga dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang, sedangkan perubahan laba dijadikan variabel dependennya karena tujuan setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya adalah untuk memperoleh laba, begitu pula tujuan para investor yang melakukan investasi pada suatu perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dengan alas an tersebut maka laba layak untuk diprediksikan.
2.2.1 Rasio Keuangan
Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
2.2.2 Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan
1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri.
2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan (trend) dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.
2.2.3 Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba
Untuk dapat menginterpretasikan informasi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya dikembangkan seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik yang popular diaplikasikan dalam praktek bisnis khususnya dalam memprediksi laba adalah analisis rasio keuangan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada, untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan (Helfert, 1991). Menurut Suad Husnan (1997) untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu yang mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laporan laba rugi.Selain bersifat future oriented rasio-rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau kondisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 2000), dengan mengetahui informasi tersebut kita dapat mengetahui tingkat laba yang dicapai perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan bukan hanya dapat menentukan tingkat keutungan yang diperoleh tapi juga dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan keefektifan operasi perusahaan.
2.2.1 Prediksi Perubahan Laba dengan Current Ratio
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi. Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang jika hasil penjualan, laba dan perubahan kondisi operasi perusahaan diperhitungkan dalam rasio ini. Selain itu current ratio dapat memberikan informasi tentang margin of safety terhadap kemungkinan penurunan nilai aktiva lancar dan kerugian yang timbul dari peristiwa-peristiwa yang tidak terduga dan berakibat terjadinya pengeluaran kas atau terhentinya arus dana yang masuk ke dalam perusahaan (Harnanto, 1984). Informasi ini dapat mempengaruhi kepercayaan para kreditur jangka pendek dalam memberikan pinjamannya kepada perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya untuk menghasilkan laba.
Pengaruh current ratio terhadap perubahan laba adalah semakin tinggi nilai current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit, karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Nilai current ratio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya.
2.2.2 Prediksi Perubahan Laba dengan Gross Profit Margin (GPM)
Rasio Gross Profit Margin dapat digunakan untuk mengukur efisiensi produksi, penentuan harga jual dan keuntungan yang diperoleh setelah produk tersebut dijual (Munawir, 2000). Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Perubahan harga jual atau harga pokok dapat mempengaruhi laba perusahaan yang diperoleh. Dalam keadaan kondisi normal gross profit margin harus bernilai positif karena menunjukkan perusahaan tersebut dapat menjual produknya di atas harga pokoknya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pengaruh gross profit margin terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal tersebut menandakan bahwa laba kotor yang dihasilkan dapat menutup biaya yang bervariasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan.
2.2.3 Prediksi Perubahan Laba dengan Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang rendah akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan. Operating ratio yang tinggi menunjukkan tingkat dan struktur biaya yang tinggi sehingga mengakibatkan laba usaha tidak cukup untuk menutup biaya tersebut. Operating ratio dapat digunakan untuk menilai kemampuan finansial perusahaan dengan mempertimbangkan pendapatan dan laba, biaya dan rugi di luar usaha dan yang bersifat ekstraordiner (Harnanto, 1984).
Operating profit margin mempunyai pengaruh yang baik terhadap laba bersih yang dihasilkan perusahaan jika rasio tersebut mempunyai nilai yang rendah, jadi semakin rendah nilai rasio tersebut maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat. Pendapatan atau laba yang bersifat ekstraordiner yang jumlahnya lebih besar dari biaya ekstraordiner juga dapat mempengaruhi besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk masa yang akan datang.
2.2.4 Prediksi Perubahan Laba dengan Net Income to Sales (NIS)
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Perusahaan yang sehat seharusnya memiliki net profit margin positif yang menandakan bahwa perusahan tersebut menghasilkan laba bersih (Jopie Jusuf, 2000). Kemampuan NIS dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi, administrasi, pemasaran, pendanaan dan penentuan harga sehingga rasio ini layak untuk dijadikan predikor laba.
Pengaruh rasio net income to sales terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga akan semakin meningkat, karena penjualan bertambah lebih besar dari pada biaya usahanya (Agus Endro Suwarno, 2004).
2.2.5 Prediksi Perubahan Laba dengan Return On Equity (ROE)
Rasio Return On Equity dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari perspektif pemegang saham biasa. Imbalan bagi para pemegan saham biasa adalah laba bersih perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak rupiah yang diperoleh dari laba bersih untuk setiap rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Rasio ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan modal pemegang saham.
Kemampuan perusahaan dalam menentukan jenis investasi yang tepat juga dapat berpengaruh terhadap besarnya laba yang diperoleh. Pengaruh rasio return on equity terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat laba yang dihasilkan karena penambahan modal kerja dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang akhirnya dapat menghasilkan laba.

2.2.6 Prediksi Perubahan Laba dengan Inventory Turn Over (ITO)
Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan terjual selama satu periode tertentu. Semakin cepat persediaan tersebut terjual maka semakin cepat perusahan menciptakan piutang dagang dan menagih kasnya. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam kegiatan usahanya, jumlah investasi yang ada dalam persediaanya dan siklus operasi untuk mengisi kasnya kembali. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi biaya pokok penjualan dengan persediaan (Henry Simamora,). Penilaian terhadap kemampuan persediaan untuk dikonversikan menjadi kas melalui penjualan dapat dijadikan sebagai indikator tentang seberapa besar profit margin yang dapat direalisasikan di kemudian hari karena persediaan disajikan didalam neraca berdasar biaya yang paling rendah diantara biaya pokok dan biaya pasarnya (Harnanto, 1984). Rasio inventory turn over juga dapat digunakan untuk menilai kualitas dan likuiditas persediaan untuk dikonversikan menjadi kas agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Persediaan merupakan salah satu unsur modal kerja (working capital). Perputaran persediaan yang semakin cepat akan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan di masa yang akan datang (Agus Endro Suwarno, 2004).
2.2.7 Prediksi Perubahan Laba dengan Total Asset Turn Over (TATO)
Rasio perputaran total aktiva mengukur aktivitas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,2003). Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh rasio total asset turn over terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan (Mamduh M. Hanafi dam Abdul Halim, 2003).
2.2.8 Prediksi Perubahan Laba dengan Sales to Current Liabilities (SCL)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah perputaran utang dagang selama periode tertentu. Kemampuan SCL dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan karena dalam sales to current liabilities terkandung penjualan dan hutang lancar yang keduanya mempunyai pengaruh terhadap laba yang dihasilkan. Peningkatan volume penjualan biasanya akan diikuti oleh kenaikan tingkat hutang lancarnya. Dengan adanya kenaikan hasil penjualan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya juga akan meningkat (Harnanto, 1984).
Pengaruh rasio sales to current liabilities terhadap perubahan laba adalah semakin besar nilai rasio ini maka jumlah laba bersih yang dihasilkan juga akan meningkat. Karena dengan meningkatnya nilai rasio tersebut berarti hutang lancer yang dimiliki perusahaan juga meningkat dan hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan yang dapat berpengaruh terhadap besarnya laba yang dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar